d sWeetY cHubBy

d sWeetY cHubBy

welcome 2 my bloG....

This blog is my mirror..
It represents my purpose and my passion,
I juz need to share all of my experience, what in my mind, all i want, all I need, and everything about me..
May be it can be my diary,
also my thankful book,
my reminder and my heart alarm,
and many more.


so juZ read it and teLL me what do you thinK about me..............

^-^

Saturday, December 15, 2012

Terima kasih untuk Kata

Malam ini aku sendiri lagi. Seperti Sabtu malam sebelumnya. Ah aku memang sering sendiri di akhir pekan. Ditemani buku2, para smurf di Smurf Village ku dan sesekali televisi. Kadang iri dengan mereka yang bisa pergi kemana dengan siapa pada akhir pekan. Aku pun pernah begitu. Merasakan pergi kemana yang aku mau. Dengan siapa pun yang aku mau.

Namun aku tidak mau tenggelam dalam kesedihanku. Aku punya teman yang sangat setia. Kamu. Kata-kata. Kata adalah teman yang paling setia. Aku bisa menemukanmu di buku-buku yang tak pernah meninggalkanku. Bahkan kapan saja aku bisa merangkaimu untuk melampiaskan segala rasa di hatiku. Seperti saat ini.

Membaca adalah menemukan rasa dalam kata. Menulis adalah menyebarkan rasa melalui kata. Karena kata adalah tentang rasa. Rasa senang yang tak terkira sampai rasa sakit yang mendera. Semua bisa diungkapkan melalui kata. Tidak salah jika aku mengagungkan kata.

Terima kasih untuk kata. Kata yang telah menemaniku. Selalu.

:)

Friday, August 3, 2012

Being a Stalker from a Book "Twivortiare"


Judul Buku                : Twivortiare
Penulis                     : Ika Natassa
Penerbit                   :  PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit             : 2012
Jumlah Halaman       : 355 hal 
Harga                        : Rp 50.000,00



Can you love and hate someone at the same time?

Buku kelima Ika Natassa ini akan menjawab pertanyaan tersebut. Tokoh Alexandra Rhea Wicaksono  yang sebelumnya kita kenal di Divortiare muncul kembali di dunia maya melalui account twitter-nya @alexandrarheaw. Segala aktivitas dan perasaannya tercurah melalui kicauannya hari demi hari setelah re-marriage nya dengan Dokter Beno. Kehidupan Alexandra yang terekam dalam social network ini sejak tanggal 23 Januari 2011 sampai dengan 4 Maret 2012 disatukan menjadi suatu cerita utuh.

Membaca buku ini seperti sedang stalking kehidupan seseorang tanpa perlu melakukan interogasi verbal. Cukup dengan mengikuti percakapan di timeline @alexandrarheaw yang terkadang berbalasan dengan sahabatnya, @winasoedarjo, kita tahu apa yang terjadi dan apa yang dirasakan setiap tokohnya. Ika Natassa begitu berani menggunakan teknik penulisan yang dalam bukunya disebut sebagai 'twitterature' - a smart amalgamation of 'twitter' and 'literature'. Keberaniannya disertai kepiawaian menyampaikan setiap tweet sebagai sebuah curahan hati yang wajar dan tidak berlebihan. Kehidupan metropolis suami-istri Alexandra, seorang banker di puncak karir, dan Beno, seorang dokter bedah handal, yang penuh kesibukan dengan latar Ibukota Jakarta menjadi topik utama. Segala permasalahan dan penyelesaiannya yang terkadang kita alami sendiri sedikit banyak mengusik nurani kita. Memandang permasalahan dari sudut pandang yang berbeda akan membawa kita pada kedewasaan.

Tidak seorang pun akan menyangka bahwa Alexandra hanyalah tokoh fiksi (saat pertama kali menemuinya di dunia maya). Timeline nya tidak hanya diisi curahan hati karena kebahagiaan, kekesalan atau pun amarah. Beberapa quote Paulo Coelho, puisi Sapardi Djoko Damono dan Pablo Neruda pun menghiasi tweet Alexandra. Pada akhirnya disadari bahwa hidup tidaklah sempurna. Dan di tengah ketidaksempurnaan  itulah, kita sendiri yang mampu membuatnya indah. Warna-warni kehidupan terasa jelas dalam keseharian sang tokoh.

Terkadang cinta dan benci dapat terjadi pada waktu yang bersamaan terhadap orang yang sama. Dan tidak semua orang menyadari itu. Termasuk Alexandra dan Beno. Bagaimana sebenarnya kisah pernikahan kedua mereka?

Novel Metropop dengan tebal 355 halaman ini tidak akan membuat Anda bosan. Karena dalam satu halaman saja Anda dapat tersenyum, tertawa terbahak-bahak atau bahkan menangis terharu.

Happy reading!!!





Wednesday, August 1, 2012

Tentang Murid Negeri Sakura

Just write this poetry spontaneously when I know the fact in front of my face


Seorang lelaki datang
Dari Negeri Sakura nan megah
Dia berguru cemerlang
Terbaik dari yang baik

Lelaki datang dengan kertas berharga
Bukti kecemerlangan
Kepandaian hitam di atas putih
Mencari masa depan

Entah apa tujuannya
Tuluskah mengabdi kepada negara?
Atau mengejar keping-keping kebahagiaan?
Atau demi pandangan sekitar?

Dia berjalan tegap
Mengangkat dagu
Wajahnya berkata, "Saya bisa segalanya"
"Saya juaranya"

Hingga di suatu titik
Ketika dia terjatuh
Tangan sang petinggi mengangkatnya 
Bertanya lembut dan tersenyum
"Apa kabar ayahmu sang sahabat lamaku?"

Lelaki pun mendapat kursi emas
Indah nan rapuh
Cemerlang nan busuk
Hanya Tuhan  yang tahu

Kisah di Sebuah Kantor

Ruangan terasa lengang
Udara merebak dari pendingin
Mengalirkan rasa segala penjuru

Ruangan ini dingin
Ketika tiada lagi karya dikejar
Tak ada lagi waktu bergejolak

Lain hari ini lain kemarin
Kemarin penuh deru langkah kesibukan
Merangkai kata dan berencana

Kini sepi melanda
Namun kelegaan terasa
Cukup menunggu takdir Sang Kuasa

Tuesday, July 31, 2012

Catatan Kecil untuk Ibukota


Terserak di tengah perjalanan
Kepadatan yang tak terungkap
Takkan berujung di penghujung
Menepi bahkan tak mampu

Hanya tatapan kosong
Cukuplah segala lelah peluh
Menatap nanar sekitar
Hati pun berputus asa

Ibukota
Inilah kau yang kukenal
Yang dijajaki manusia setiap hari
Hingga lelah memohon
Tetaplah kau
Sang Ibukota

Sunday, July 15, 2012

Kamu dan Hariku

Tahukah kamu tentang pagi?
Detik dimana surya mulai berseri
Memberi kehidupan bagi segala arti

Kamu seperti pagi
Tak pernah berhenti memberi
Cahaya terang bagi sang hati

Ingatkah kamu akan siang?
Saat semangat telah membara
Kekuatan membakar asa

Kamu adalah siang
Terus menjaga tanpa padam
Mengabulkan segala harapan

Bagaimana dengan senja?
Batas khayal akan dunia
Keindahan surga dalam kedipan mata

Kamulah senjaku
Tempat segala bahagia dan air mataku
Saat dimana aku merindu

Ada apa dengan malam?
Bulan erat merengkuh bintang
Menepis peluh segala lelah

Kamu bagaikan malam
Tempat sandaran segala rasa
Detik memetik segala cinta

Kamu segala waktuku
Kamu seluruh hariku
Pagi, siang, senja hingga malam pun
Aku tahu hanya kamu
Mengisi hariku dengan selalu
Segala senyum nyanyian syahdu

Itu kamu...

Tuesday, June 26, 2012

Puisi untuk Sahabat --- Sahabat untuk Ayah Bunda


Puisi pesanan seorang sahabat yang akan menikah minggu ini, dan saya pun ikut menangis ketika menulisnya. Sedang membayangkan saya ada di posisinya, mengucapkan terima kasih dan memohon doa restu untuk membangun rumah tangga baru, meninggalkan orang tua menjadi manusia baru yang mandiri, membentuk keluarga sendiri. Anyway, segala doa untukmu sahabatku. :)
 


Dua puluh empat tahun telah terlewati.
Aku, sang putri yang beranjak dewasa.
Berjalan meniti masa depan di antara segala gelombang yang menghadang.
Perlahan, jejak rekam masa lalu mulai terbias dalam angan.
Mengingatmu, dirimu dan segala kasih sayangmu.
Sejak aku belum mampu mengingatmu.
Namun mampu merasakan sentuh cintamu.
Sejak kurasakan belai kasihmu.
Dan segala pengajaranmu yang untuk aku.
Pahit manis hidup bersamamu.
Aku adalah tetap putrimu.
Dengan kurang dan lebihku.
Dengan kurang dan lebihmu.

Ayah, Bunda.
Laksana malaikat penjaga yang tak pernah lelah.
Pemberi semangat dalam tiap titik nadiku.
Bagaikan lentera dalam kegelapan hidupku.
Sebagai pegangan dalam ayunan langkahku.
Menjadi penopang dalam rapuhku.
Penghapus air mata dalam tangisku.
Ada selalu dalam susah sukaku.

Sekalipun kukumpulkan banyak harta, takkan terbayar jasamu.
Sekalipun kukorbankan seluruh kehidupanku, takkan tertandingi pengorbananmu.
Sekalipun kuserahkan seisi dunia untukmu, takkan mampu membalas semua yang kau beri untukku.

Betapa beruntungnya aku memilikimu, lahir dari rahimmu, Bunda, dan menjadi putrimu, Ayah.
Dibesarkan dan dijaga setiap detik yang berlalu.
Hingga pada hari ini, aku berdiri tegar memohon restu kepadamu.

Memohon kembali segala doa dan restu bagi anakmu untuk melangkah lagi.
Melangkah ke kehidupan yang baru.
Melangkah menuju jenjang yang dinanti, jenjang yang pasti.
Melangkah dalam pernikahan suci dengan dia yang kau restui.
Ijinkan aku, anakmu untuk membangun mahligai cinta dalam siraman doamu yang tiada henti.
Membangun cinta dan kasih dalam naungan Sang Ilahi.

Mohon doa untuk ketegaran menghadapi setiap cobaan.
Agar kami miliki semangat hidup tatkala didera derita.
Ajar kami sesabar dirimu manakala menemui angkara.
Supaya kami menjadi teladan seperti dirimu dalam membimbing dan mengajarku, anakmu.

Aku, putrimu.
Hanya dapat berlutut di hadapmu.
Dalam lantunan doaku pun kulagukan namamu.
Memohon yang terbaik bagimu.
Saat ku cium tanganmu, ku mohon restumu selalu.
Doamu adalah anugerah bagiku.
Doamu bagi kehidupan baruku.
Doamu bagi jalan baru yang ‘kan kulalui

Ayah, Bunda.
Segala terima kasih untukmu.
Segala cinta bagimu.
Terlebih doaku selalu untukmu hingga akhir hayatku.

Tuesday, April 17, 2012

Titik Lelahku Berlari

Kadang aku lelah berlari. 
Berlari hingga berpeluh hari. 
Sengatan bulan pun terasa menyakitkan. 
Terlebih matahari yang kejam menerpa.
 
Aku berlari dengan kepalaku. 
Di saat kaki sudah tak mampu lagi berkata. 
Mengerahkan segala daya. 
Hingga hilang semua rasa.
 
Aku sudah lama berlari. 
Sejak aku belajar berlari. 
Hingga mahir jurus berlari. 
Berlari dengan tangan. 
Berlari dengan kepala. 
Berlari dengan mata dan telinga. 

Aku selalu berlari. 
Berlari dengan segala hati. 
Berlari dengan seluruh.

Hingga di suatu titik.
Aku lelah. 
Aku berhenti. 
Berhenti sejenak inginku. 
Menikmati sang bayu sambil memandang ke depan.

Aku berada di persimpangan. 
Kemana harus kembali berlari?
Ataukah cukup ku berhenti di sini. 

Menikmati sejuk rimbun musim semi. 
Tidak bergerak.
Aku seperti hilang. 
Terdiam. 
Terhenti.
Kosong. 

Aku hampa. 
Menanti jawaban hati. 
Yang lelah berlari.

Monday, March 19, 2012

Percayakah Kamu Bahwa Segala Sesuatu Diciptakan 2 Kali?


Judul Buku                : 2
Penulis                      : Donny Dhirgantoro
Penerbit                    : Grasindo
Tahun terbit               : 2011
Jumlah Halaman         : 418 hal + vi
Harga                        : Rp 60.000,00


Dan, perempuan Indonesia dengan segala keterbatasannya itu memutuskan untuk melawan, memutuskan untuk terus berjuang demi impiannya, memutuskan untuk terus mencintai hidup yang tak pernah sempurna.

Gusni Annisa Puspita. Anak ke dua dari sebuah keluarga kecil yang bahagia. Dilahirkan dengan berat badan di atas rata-rata. Bahkan saat masih bayi disebut sebagai bayi raksasa. Ia terus tumbuh dengan berat badan yang terus naik, tidak pernah sekali pun turun. Namun keceriaan tidak pernah lepas dari hidupnya. Kasih sayang dari keluarga terus mengalir dalam dirinya. Dari Papa, Mama dan kakaknya, Gita Annisa Srikandi, seorang atlet bulutangkis nasional.

Sunday, March 18, 2012

Untuk Sang Pencinta Hujan


Aku bermimpi. Ah. Tidak. Ini bukan mimpi. Aku tahu yang terjadi semalam bukanlah mimpi. Beberapa saat yang lalu kau masih tersenyum. Saat itu belum hujan. Belum ada tangisan. Kau masih tertawa untukku. Kau masih berkata kangen. Kau masih berucap rindu yang tiada terputus. Dan kau tidak berhenti mengucapkan cinta. Namun secepat cahaya berpindah, pun hatimu. Pun dirimu. Detik bergulir sejak saat itu hingga kau memutuskan mimpi buruk itu. Mungkin bukan kau yang memutuskan. Mungkin ini keputusan Yang Di Atas. Aku tidak percaya kebetulan. Aku tahu segala sesuatu diaturNya dalam waktuNya. Hanya Dia yang tahu. 

Aku hanya bisa menangis. Terlalu jujur. Namun ini aku. Ini kelemahanku. Kamu. Kamu kelemahanku. Kamu yang mampu menepis ketegaranku hingga titik batas kekuatanku. Hingga aku jatuh dan hanya bertemankan bulir air mata. Aku tertidur. Lelap tidak lelap. Tidur sambil menangis. Menyesali. Namun tidak bisa memutar waktu.

Pukul tiga dini hari. Saat para setan sedang berkeliaran menawarkan hati para manusia, begitu kata mereka. Aku terbangun oleh suara. Seperti sesuatu yang dari langit. Air. Air yang bertriliyun jumlahnya dijatuhkan langit padaku. Apa maksudnya? Agar aku terbangun? Agar aku menangis lagi? Sudah cukup. Aku sudah menangis semalam. Apa aku harus melanjutkannya? Menyesali. Namun tidak bisa memutar waktu.



Aku berharap ini mimpi. Namun aku tahu ini bukan mimpi. Dini hari yang hujan. Bagaikan firasat atas tangisan. Aku rindu. Kau selalu bilang kau mencintai hujan. Kau suka bau tanah. Kau suka mendengar suara hujan. Namun hujan ini berbeda. Hujan yang menangis. Bukan hujan yang kau cintai. Hujan mengingatkanku akan sakit. Aku yang tertinggal. Namun hatiku pun masih tertinggal. Entah dimana, kau pun tahu, tak perlu kusebutkan. 

Aku bersimpuh. Di tengah ketenangan malam yang menuju pagi. Kembali berderai air mata. Aku menyerahkan kembali kepadaNya. Aku milikMu. Dia milikMu. Bukan hakku atas dia. HakMu lah sepenuhnya. Aku tidak boleh sakit hati. Tidak boleh menyalahkan siapa pun. Aku harus ikhlas.

Kulantunkan bait-bait doa dengan linangan air mata dan kepasrahan diri. Aku tidak pernah menginginkan kepergianmu. Namun jika itu yang terbaik, aku harus ikhlas. Jika kau lebih bahagia, aku rela. Mungkin bahagiaku bukan denganmu.

Doa ku akhiri. 
Biarlah kehendakMu yang jadi, bukan kehendakku. Amin.

Thursday, March 1, 2012

Perempuan di Sudut Pantry

Sepenggal kisah singkat yang kulihat hari ini dan tanpa pikir panjang kutuangkan dalam sebuah tulisan. 

Pada jam istirahat kantor di hari Jumat di mana para lelaki muslim sedang melaksanakan Sholat Jumat, aku melihat pemandangan yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Di pantry kantorku yang berada di lantai 22 di salah satu gedung pencakar langit di kawasan Jakarta Pusat. Aku baru saja menyelesaikan makan siangku  dengan nasi merah dan aku berjalan membawa tupperware berwarna hijau ke pantry untuk mengambil air minum. Di sinilah biasanya kulihat para lelaki sedang duduk santai, melepas kejenuhan pekerjaan, membicarakan isu politik, berdiskusi dengan topik ringan sampai topik berat yang menyangkut urusan negara dan pemerintahan, berbagi cerita keluarga, mengenang pengalaman ketika bersekolah di luar negeri bertahun-tahun yang lalu dan sebagainya - yang tentu saja tidak dapat aku ingat satu per satu - sambil merokok. Ya, rokok. Bagi para lelaki ini, rokok tentu memberikan suatu perasaan tenang dan menyenangkan di kala penat akibat load pekerjaan sedang meningkat. Para lelaki merokok. Mulai dari lelaki yang sudah seumur dengan papaku hingga lelaki yang seumur denganku bahkan yang lebih muda dariku. Sudah biasa kulihat (di sini) - karena di tempat lain aku sudah biasa melihat yang selain lelaki merokok. Akan tetapi di sini, di pantry kantor ini, belum pernah sekalipun aku melihat perempuan merokok. Hingga siang ini aku melihatnya. Seorang perempuan sedang merokok di pantry. Ketika melihatku, dia hanya tersenyum sambil terus menghisap batang rokoknya. Aku pun membalasnya dengan senyum.

Tahukah dirimu aku tiba-tiba saja mengaguminya? 

Aku sangat kagum pada perempuan yang merokok. Perempuan yang punya keberanian untuk menjadi berbeda. Perempuan yang  punya keberanian untuk menentang budaya lokal yang seolah-olah membatasi perempuan untuk berekspresi dan melakukan apa yang mereka suka. Perempuan juga berhak untuk memilih. Mana yang boleh dan mana yang tidak. Mana yang baik dan mana yang benar. Merokok pun juga merupakan pilihan, jangan pernah menjadikannya sebuah larangan ketika hal tersebut dilakukan tanpa mengganggu kepentingan publik. Seperti perempuan yang kuceritakan ini. Aku yakin karena dia adalah perempuan, dia punya perasaan yang lebih peka dibandingkan para lelaki. Mungkin para lelaki akan merokok seenaknya tanpa memikirkan di mana dia dan ada siapa saja di sekitarnya. Berbeda dengan perempuan yang akan lebih berhati-hati untuk bertindak salah satunya dalam hal merokok. Tentu saja perempuan akan merokok di tempat yang memang diijinkan dan tidak mengganggu orang lain yang tidak tahan terhadap asap rokok. Itulah kelebihan perempuan. Perempuan yang merokok. Mungkin banyak yang berpikiran negatif tentangnya. Namun tidak denganku. Karena sekali lagi kukatakan bahwa aku kagum. Kagum pada sesosok perempuan yang merokok di sudut pantry siang ini yang bahkan namanya pun aku tidak tahu. 

Tuesday, February 28, 2012

Mengarungi Rumah di Seribu Ombak


Judul        : Rumah Di Seribu Ombak
Penulis      : Erwin Arnada
Penerbit     : Gagas Media
Tahun terbit : 2011
Jumlah hal   : 385 hal + VIII
Harga        : Rp 55.000,00
 



Tahukah kau mengapa Tuhan menciptakan langit dan laut?
Semata agar kita tahu, dalam perbedaaan, ada batas yang membuat mereka tampak indah dipandang.


Singaraja. Sebuah kota di Pulau Bali yang menyimpan cerita tentang indahnya toleransi dalam kehidupan yang penuh dengan perbedaan. Samihi, seorang anak laki-laki muslim yang tinggal bersama ayah dan adik perempuannya, Syamimi. Samihi memiliki kisah traumatis dengan air karena airlah yang telah merenggut nyawa kakaknya, Sabri. Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan seorang anak laki-laki asli Bali, Wayan Manik, atau lebih akrab disapa Yanik. Yanik begitu bertolak belakang dengannya. Yanik hidup dari air dan sejak kecil dikelilingi air. Yanik menjadi sahabatnya, juga sahabat dan kakak bagi Syamimi, bahkan sudah melebihi saudara, tanpa memandang perbedaan di antara mereka. Yanik yang menolongnya dari anak-anak nakal di suatu pagi di bulan ramadhan, membantunya belajar cara mekidung sampai ia bisa memenangkan lomba Qiraah, bahkan mengajarinya berenang dan melupakan rasa takutnya akan air. 

Namun kejadian bom bali pada November 2002 telah mengoyak harmoni di antara mereka, bahkan harmoni seluruh aspek kehidupan di Pulau Bali. Ayah Yanik yang meninggalkan ibunya lalu menikah dengan wanita lain menjadi salah satu korban dalam peristiwa menyedihkan itu. Yanik sendiri menjadi korban seorang warga negara Australia yang memiliki kelainan. Begitu bertubi-tubi penderitaan Yanik, hingga ia memutuskan untuk meninggalkan Singaraja, pergi mengasing bersama Meme nya yang sudah sakit-sakitan. Samihi pun kembali dalam kesendirian hingga ia menemukan passion hidupnya yang berkebalikan dengan ketakutan masa kecilnya akan air, yaitu menjadi peselancar. Bakatnya ditemukan oleh Komang Satria, pemilik Satria Surf Camp (SSC) yang kemudian memberinya beasiswa sekolah surfing profesional di Australia.

Tahun berganti. Syamimi pun tumbuh dewasa dan dengan suatu keajaiban bertemu kembali dengan sahabat kakaknya, yaitu Yanik yang telah kembali ke Singaraja. Mereka sama-sama merasakan suatu perasaan indah yang akhirnya diungkapkan Yanik di tengah samudra saat matahari tinggal seperempat hidupnya. Mereka tahu perasaan mereka sama, namun mereka masih ragu. Bagaimana pandangan keluarga? Bagaimana soal perbedaan kepercayaan? Namun setidaknya mereka telah mendapatkan bahagia mereka dengan memiliki perasaan itu. 

Kisah ini ditulis dengan indah oleh Erwin Arnada, big bos dari majalah Playboy Indonesia. Novel Rumah di Seribu Ombak ini diselesaikan ketika ia dipenjara atas kasus majalah PlayboyKehidupan keseharian anak-anak Bali ditulis secara wajar namun mengesankan. Kehidupan sosial di tengah keberagaman masyarakat Muslim dan Hindu juga dituliskan dengan apik. Setiap karakter dituliskan secara kuat. Alur yang runtut membuat cerita ini mengalir dengan indah hingga pada puncaknya menemukan "rumah di seribu ombak" itu sendiri. 

Novel ini penuh dengan makna dan sarat akan pelajaran hidup yang patut untuk diteladani. Nilai-nilai persahabatan, toleransi dan hidup damai di tengah perbedaan menjadi menu utama. Alangkah indahnya jika kita dapat hidup dengan saling menghargai satu sama lain. Adapun kelemahan novel ini yaitu pada editor naskah dimana masih sering ditemui kesalahan ketik dalam penggunaan spasi, tanda baca dan penempatan huruf kapital. 

Bagaimana kisah selengkapnya? Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca, bukan hanya sekedar hiburan, namun juga pembelajaran tentang kehidupan yang tidak selalu tenang, namun akan selalu ada ombak baik yang kecil maupun yang besar. Mari bersama-sama mengarungi Rumah di Seribu Ombak. Selamat membaca!

Thursday, February 23, 2012

Cinta Itu Meminta Syarat


...
People say I’m crazy and that I’m blind
Risking it all in a glance
And how you got me blind is still a mystery
I can’t get you out of my head
Don’t care what is written  in your history
As long as you’re here with me

I don’t care who you are
Where you’re from
What you did
As long as you love me
...

Aku sedang di kamar menemukan sebuah undangan pernikahan ketika kudengar kembali lagu ini. Fernando Rahadian dan Priscila Anita. Anganku kembali melayang pada masa itu. Masa SMA. Cinta SMA.

***

Semua orang berkata bahwa cinta masa SMA adalah cinta monyet. Cinta main-main. Namun tidak denganku. Aku berpikir sebaliknya. Cintaku di masa SMA adalah cinta sejati. Aku mencintai dengan hati, tanpa memandang latar belakang, materi, dan apa pun yang ada di dalam diri orang yang kucintai. Aku mencintai tanpa alasan. Aku mencintai karena cinta. Tanpa syarat. Love, unconditional.

Tuhan Tidak Tidur


Matahari sudah tinggi saat Keira baru saja terbangun dari mimpi. Dia bermimpi menghadiri sebuah pesta pernikahan yang megah. Samar-samar Keira mengenal siapa pengantin pria. Keira melihat  pengantin itu sedang dirias di pelaminan. Dia  ingin melihat lebih siapa gerangan sang pengantin pria. Namun bunyi jam weker terlanjur menariknya pergi. Sejenak Keira berusaha mengingat apa yang ada dalam mimpinya. Namun pagi ini adalah pagi yang terburu-buru. Terlalu singkat waktu yang dia miliki untuk mencerna mimpi. Namun waktu yang cukup untuk mengambil handphone dan mengetik di twitter.

Mimpi yang aneh. Seorang pengantin pria sedang dirias di pelaminannya.

Monday, February 20, 2012

[ Lomba Fiksi Fantasy 2012 ] [Sul dan Nat]

(Keyword: Pasar malam, pohon pisang, gula-gula, cerpelai, polkadot)

Ruangan putih. Para manusia berjubah putih itu memanggilnya laboratorium. Laboratorium yang berada di sebuah tempat terpencil dan dikelilingi puluhan pohon pisang. Aku tidak tahu mengapa di tempat ini dibangun laboratorium dengan berbagai peralatan canggih yang konon diimpor dari daerah yang sama dengan asalku. Padahal jika kau tahu, di antara dinding dan bagian punggung peralatan itu hiduplah gerombolan cerpelai yang merasa nyaman dengan suasana ruangan ini. mungkin cerpelai pun rindu dengan modernisasi. Mereka selamanya memakan ular, namun tidak selamanya mereka ingin hidup di antara semak belukar dan sawah yang becek.

Aku melihat dari balik lensa yang gelap berwarna kuning kecoklatan. Itulah lensa yang harus selalu kukenakan. Lensa itulah pakaianku. Ada maksud di balik penggunaan pakaian lensa berwarna itu, yaitu agar cahaya surya tidak menembusku. Cahaya surya dengan suhu yang cukup tinggi akan membahayakan hidupku.

Sunday, February 19, 2012

One Moment In Time With You

I want one moment in time
When I'm more than I thought I could be
When all of my dreams are a heartbeat away
And the answers are all up to me
Give me one moment in time
When I'm racing with destiny
Then in that one moment of time
I will feel
I will feel eternity

Entah sihir apa yang menyebabkan penyiar radio itu memutar lagu lama ini. Lagu Whitney Houston yang berjudul One Moment in Time. Anganku melayang pada kisahku di akhir masa putih abu-abu. Mengingatkanku akan ambisi masa muda yang menggebu-gebu. Dan mengingatkanku pada dirimu.
***

Thursday, February 16, 2012

Untuk Lelakiku

Bukan sekedar kata-kata manis, Sayang...
Engkau yang hanya dapat kupandangi dari selembar kertas
Raut wajahmu membawa keceriaan
Namamu yang mengingatkanku pada bahagia
Ada yang salah dengan hatiku
Di saat jarak menjadi sangat berkuasa
Untuk setiap detiknya
Sendiri menjadi terasa sepi


Ruang hatiku kini telah penuh sesak
Ingin ku berteriak agar kau tahu itu
Oh lelakiku...


Waktu terus melayangkan sayapnya
Ingatkah kau akan hari ini?
Cermin waktu terus berpantulan

Angka ajaib terus bergerak perlahan namun pasti
Kau yang menjadi bintang hari ini
Selamat ulang tahun, ingin ku ucap hanya untukmu
Orang boleh bertutur bagaimana
Namun aku yang paling mengertimu
Oh my birthday man..



Tuesday, February 14, 2012

CINTABIL

Cinta apa ya yang lagi laris di Indonesia sekarang?

Cinta selalu laris sepanjang waktu di seluruh penjuru dunia, tidak hanya di Indonesia saja. Cinta adalah kebutuhan. Cinta adalah pengisi suatu relung kosong dalam hati setiap manusia yang mampu memberikan warna dalam kehidupan yang mungkin awalnya hanya hitam putih saja. Cinta yang berfungsi untuk menstabilkan jiwa.

Namun dari waktu ke waktu, cinta bergeser maknanya. Alih-alih menjadi semakin matang dan dewasa, semakin ke sini cinta justru menjadi semakin tidak stabil. Bagaimana cinta akan mestabilkan jiwa jika cinta itu sendiri tidak stabil? Pada dasarnya cinta memang bukanlah hal yang stabil. Akan tetapi, sebagai manusia yang mampu mencintai, sudah tugasnyalah untuk menjaga kestabilan cinta itu. 

Cinta masa kini adalah cinta yang labil - maka saya sebut CINTABIL - cinta labil. Cinta yang dapat dengan mudah digoyahkan. Mungkin karena manusia sang pemilik cinta itu sendiri tidak memiliki keinginan untuk mempertahankannya. Mudah menyerah.

Sunday, February 12, 2012

Aku Mau Ambrosia

Aku mencintai ayah. Aku mencintai bunda. Aku ingin selamanya bersama mereka. Selamanya tanpa batas waktu. Namun kini ayahku telah renta. Bundaku pun menunjukkan ubannya. Hampir setiap hari kulihat orang yang menangis di pusara setelah mereka memasang bendera kuning di persimpangan jalan menuju kediaman mereka. Aku tidak mau. Aku bersumpah tidak mau memasang bendera laknat itu di pohon rambutan yang ada di dekat rumahku.

Aku mendadak galau. Tanpa sadar aku tertidur. Dalam bunga tidurku, aku bertemu kakek. Dia menyerahkan sebuah buku catatan usang. Ada suatu rasa magis yang seolah mendorong tanganku membuka buku itu halaman per halaman. Buku itu berjudul “WAKTU”. Di dalamnya berisikan gambar jam penunjuk waktu. Aku bingung. Buku apa ini, tanyaku dalam hati. Hingga aku menemukan tulisan tangan kakekku.

Ambrosia. Makanan dan minuman Para Dewa yang akan memberi efek Amerta.
Amerta adalah keabadian.

Thursday, February 9, 2012

Pelangi Tanpa Hujan di Langit Senja Bandungrejo


Sore yang indah itu masih membekas dalam ingatanku. Berkeliling di Desa Bandungrejo Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara yang masih asri dengan sawah membentang hijau. Menikmati kicauan burung di jalan bebatuan berliku yang masih perawan karena belum mengenal apa itu aspal. Memandang langit senja dari tepi sawah. Ditemani sapaan ramah serta senyum yang tulus dari warga desanya. Kedamaian mana lagi yang dapat menandingi perasaan ini. Anganku pun melayang kepada Mbah Langit dan matanya yang memancarkan pelangi nan damai di usianya yang senja. Menularkan kedamaian sang pelangi dalam langit senja dalam relung hatiku.
***

Monday, January 30, 2012

How I Love Writing

Menulis. Sebuah kegiatan yang bagi saya lebih dari sekedar merangkai kata-kata menjadi kalimat. Lebih dari sekedar menyusun kalimat menjadi paragraf yang selanjutnya disebut tulisan. Menulis, yang menurut sebagian orang adalah hobi atau kegemaran, merupakan panggilan hati. Setiap detik saya merasa terpanggil untuk menulis. Menuangkan apa yang saya lihat, apa yang saya dengar, apa yang saya rasakan dan segala sesuatu yang saya tahu dalam setiap dimensi waktu ke dalam rangkaian huruf-huruf yang mewakili perasaan saya. Setiap saya mengalami suatu kejadian, hal yang saya inginkan adalah menulis. Bukan sekedar pamer atau ingin disebut sok eksis. Saya hanya ingin menulis. Menceritakan. Berbagi cerita.

Sejak kecil saya selalu merasa hidup saya adalah menulis. Ketika duduk di bangku sekolah, buku harian atau yang pada zamannya disebut sebagai diary tidak pernah absen dari hari-hari saya. Apapun yang terjadi pada hari itu selalu saya curahkan pada buku yang disebut sebagai diary. Segala kejadian. Segala perasaan. Segala pertemuan. Tawa canda. Tangis haru. Pencapaian. Pergumulan. Buku harian seolah sudah menjadi cetak biru kehidupan saya di masa lalu yang apabila saya kembali membacanya di saat-saat ini membuat saya seolah-olah terbang ke kehidupan lalu dan ketika tersadar saya masih di ruang waktu yang sama, yang ada hanyalah rasa rindu. Rasa rindu akan masa lalu.

Sunday, January 29, 2012

Ada Cinta Segitiga Antara Aku, Dia dan Jarak

Terkadang dunia suka memberi kejutan dalam setiap titik kehidupan. Seperti percikan-percikan api yang tiba-tiba muncul dalam sebuah aliran listrik. Atau angin besar yang tiba-tiba mengulum ombak di lautan yang tenang. Namun itulah yang memberi warna pada kehidupan karena sesungguhnya tanpa warna itu kehidupan ini bila diibaratkan layar hanyalah monokrom.

Life is only monochrom without the light.
Just like a silver screen you walk into my life.

Sunday, January 15, 2012

Sebuah Catatan Kecil Tentang "Sesuatu yang Ditukar"

Tepatnya satu minggu yang lalu, di kantor tempat saya bekerja diadakan suatu restrukturisasi atau yang dalam tingkat kabinet menteri sering disebut sebagai reshuffle. Restrukturisasi ini meliputi pejabat di tingkat eselon. Pada dasarnya adalah suatu hal yang biasa terjadi dalam suatu organisasi, entah itu di kantor, sekolah, lembaga atau organisasi lainnya yang memiliki struktur tertentu untuk diadakannya suatu restrukturisasi. Dengan alasan kinerja yang kurang baik, alasan rotasi sumber daya manusia atau bahkan cukup dengan alasan penyegaran. Tentu saja restrukturisasi ini diharapkan memiliki tujuan yang baik, untuk mendapatkan kinerja dari organisasi yang lebih baik. Namun entah mengapa, saya merasa sedikit aneh dengan hal ini. Mungkin saya perlu menceritakan terlebih dahulu kronologis kejadiannya.

Sunday, January 8, 2012

Aku dan Sang Hujan

Aku kembali terpaku. Duduk termenung di pinggir jendela kamarku. Memandang jauh inginku. Namun terhalang oleh titik-titik air yang turun deras dari langit. Hanya gerimis kecil namun deras. Mengaburkan pandanganku. Hujan untuk kedua kalinya pada hari Minggu ini. Hujan untuk kesekian kalinya pada bulan ini. Mungkin akan menjadi hujan badai lagi yang menghancurkan pepohonan dan papan-papan reklame yang akhir-akhir ini sering terjadi. Namun aku masih terdiam. Memandang hujan. Memandang air. Mulai berbicara kepada Sang Hujan. Merayu Sang Hujan. Mengajaknya bercerita.