Puisi pesanan seorang sahabat yang akan menikah minggu ini, dan saya pun ikut menangis ketika menulisnya. Sedang membayangkan saya ada di posisinya, mengucapkan terima kasih dan memohon doa restu untuk membangun rumah tangga baru, meninggalkan orang tua menjadi manusia baru yang mandiri, membentuk keluarga sendiri. Anyway, segala doa untukmu sahabatku. :)
Dua puluh empat tahun telah terlewati.
Aku, sang putri yang beranjak dewasa.
Berjalan meniti masa depan di antara segala gelombang yang
menghadang.
Perlahan, jejak rekam masa lalu mulai terbias dalam angan.
Mengingatmu, dirimu dan segala kasih sayangmu.
Sejak aku belum mampu mengingatmu.
Namun mampu merasakan sentuh cintamu.
Sejak kurasakan belai kasihmu.
Dan segala pengajaranmu yang untuk aku.
Pahit manis hidup bersamamu.
Aku adalah tetap putrimu.
Dengan kurang dan lebihku.
Dengan kurang dan lebihmu.
Ayah, Bunda.
Laksana malaikat penjaga yang tak pernah lelah.
Pemberi semangat dalam tiap titik nadiku.
Bagaikan lentera dalam kegelapan hidupku.
Sebagai pegangan dalam ayunan langkahku.
Menjadi penopang dalam rapuhku.
Penghapus air mata dalam tangisku.
Ada selalu dalam susah sukaku.
Sekalipun kukumpulkan banyak harta, takkan terbayar jasamu.
Sekalipun kukorbankan seluruh kehidupanku, takkan
tertandingi pengorbananmu.
Sekalipun kuserahkan seisi dunia untukmu, takkan mampu
membalas semua yang kau beri untukku.
Betapa beruntungnya aku memilikimu, lahir dari rahimmu,
Bunda, dan menjadi putrimu, Ayah.
Dibesarkan dan dijaga setiap detik yang berlalu.
Hingga pada hari ini, aku berdiri tegar memohon restu
kepadamu.
Memohon kembali segala doa dan restu bagi anakmu untuk
melangkah lagi.
Melangkah ke kehidupan yang baru.
Melangkah menuju jenjang yang dinanti, jenjang yang pasti.
Melangkah dalam pernikahan suci dengan dia yang kau restui.
Ijinkan aku, anakmu untuk membangun mahligai cinta dalam
siraman doamu yang tiada henti.
Membangun cinta dan kasih dalam naungan Sang Ilahi.
Mohon doa untuk ketegaran menghadapi setiap cobaan.
Agar kami miliki semangat hidup tatkala didera derita.
Ajar kami sesabar dirimu manakala menemui angkara.
Supaya kami menjadi teladan seperti dirimu dalam membimbing
dan mengajarku, anakmu.
Aku, putrimu.
Hanya dapat berlutut di hadapmu.
Dalam lantunan doaku pun kulagukan namamu.
Memohon yang terbaik bagimu.
Saat ku cium tanganmu, ku mohon restumu selalu.
Doamu adalah anugerah bagiku.
Doamu bagi kehidupan baruku.
Doamu bagi jalan baru yang ‘kan kulalui
Ayah, Bunda.
Segala terima kasih untukmu.
Segala cinta bagimu.
Terlebih doaku selalu untukmu hingga akhir hayatku.