d sWeetY cHubBy

d sWeetY cHubBy

welcome 2 my bloG....

This blog is my mirror..
It represents my purpose and my passion,
I juz need to share all of my experience, what in my mind, all i want, all I need, and everything about me..
May be it can be my diary,
also my thankful book,
my reminder and my heart alarm,
and many more.


so juZ read it and teLL me what do you thinK about me..............

^-^

Sunday, January 29, 2012

Ada Cinta Segitiga Antara Aku, Dia dan Jarak

Terkadang dunia suka memberi kejutan dalam setiap titik kehidupan. Seperti percikan-percikan api yang tiba-tiba muncul dalam sebuah aliran listrik. Atau angin besar yang tiba-tiba mengulum ombak di lautan yang tenang. Namun itulah yang memberi warna pada kehidupan karena sesungguhnya tanpa warna itu kehidupan ini bila diibaratkan layar hanyalah monokrom.

Life is only monochrom without the light.
Just like a silver screen you walk into my life.



Sekarang tinggal warna seperti apakah yang dicoretkan oleh kejutan-kejutan itu. Seperti halnya warna yang jumlahnya hampir tak terbatas, seperti itu pulalah kejutan membelah diri menjadi beribu bahkan berjuta makna dalam kehidupan manusia.

Seperti kedatangannya dalam hidupku. Dia tidak datang begitu saja dengan menawarkan cinta. Dia datang dengan membawa nama persahabatan. Aku menggambarkan coretan warna hijau ceria di sebuah kebun teh luas yang menyenangkan dimana aku dapat berkeliling di sana dengan penuh canda tawa. Itulah persahabatan. Aku suka berteman. Dan sangat suka ketika temanku bertambah banyak.

Namun hari pun berganti. Dia bukan lagi teman. Bukan lagi sahabat. Mereka bilang lebih dari sekedar teman. Dia datang ketika aku duduk di bangku universitas. Awalnya teman, teman diskusi membicarakan rantai carbon yang mengalami cracking atau harus direaksikan dengan rantai carbon lain untuk mendapatkan produk yang diinginkan dengan memperhatikan segi ekonomisnya (balada mahasiswa teknik kimia). Namun kami ternyata menyimpan ketertarikan yang berlawanan. Dia tertarik padaku, dan aku tertarik padanya. Hingga aku pun memanggilnya pacar. Pacar, tak tahukah kau bahwa kedatanganmu memberikan warna lain dalam hidupku? Mungkin merah jambu. Seperti berada di lapangan yang luas dan dipenuhi balon-balon merah jambu berbentuk hati yang siap diterbangkan ke angkasa menyambut tawa riang sang mentari. Ini pun kejutan. Kejutan dalam hidup yang memberikan warna tersendiri dan akan selalu menjadi bagian dalam memori di segala sisi hatiku.

Lebih dari tiga tahun semua berjalan dengan indah. Aku pun sudah mengenakan toga yang menandakan aku berhasil menyelesaikan salah satu jenjang di perguruan tinggi. Semakin banyak warna-warna ceria yang memperkaya colour box hidupku. Semua tersimpan rapi baik dalam ingatan bawah sadarku maupun tertulis dalam berlembar-lembar kertas buku harianku. Hingga dunia kembali menawarkan sebuah kejutan. Kejutan yang kudapatkan karena pilihanku sendiri. Disebut dengan long distance relationship. Ketika aku harus berpisah. Bukan. Lebih tepatnya ketika harus ada jarak di antara kami. Jarak yang panjang yang tidak hanya melibatkan daratan maupun lautan. Bahkan hanya udara yang mampu mempertemukan kami. Kejutan yang aku tidak tahu harus diberi warna apa. Mungkin hitam. Hitam identik dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Dalam buku-buku sihir, warna hitam menunjukkan kluster sihir yang jahat, yang tidak ramah dan terkesan buruk. Atau putih. Mengapa putih? Seperti warna kabut. Ia mengaburkan semuanya.

Detik-detik mengetahui bahwa long distance relationship bukanlah sekedar isapan jempol belaka melainkan benar-benar akan aku alami dalam langkah hidupku selanjutnya bukanlah saat yang mudah. Sebelum melangkah lagi, aku harus berhenti dulu. Menghela nafas. Inhale, exhale, inhale, exhale. Ada rasa sesak yang teramat di dada ketika tahu tidak ada pilihan selain menghadapinya.

Dia harus pergi ke pulau yang berbeda. Demi sebuah pekerjaan yang mungkin sejak dulu menjadi impiannya. Dahulu, aku tidak masalah ketika dia mengatakan akan bekerja di tempat yang jauh. Aku merasa itu bukan masalah. Namun kini berbeda ketika aku harus menghadapinya langsung. Ada rasa berat untuk melangkah lagi. Mungkin hanya Tuhan yang tahu bagaimana setiap malam aku harus terisak menahan sedih namun aku tetap berusaha terlihat tegar di hadapannya. Seolah merelakannya dengan senyum yang memberinya semangat untuk menyambut kehidupan baru di tempat yang baru.

Hingga akhirnya dia pergi. Aku masih bersandiwara untuk tegar. Aku sudah lupa pada warna. Warna yang biasanya selalu aku coretkan dalam benakku untuk menggambarkan sedang di fase manakah diriku sudah tidak teridentifikasi dengan jelas. Abstrak. Itulah yang kulihat.

However, life must go on. Aku tidak mungkin terpuruk begitu saja. Aku pun punya kehidupan yang harus dijalani. Pekerjaan yang baru walaupun masih di tempat yang sama. Banyak yang bilang wanita lebih banyak menggunakan perasaan daripada logika. Saat ini aku sudah tidak mampu menggunakan perasaan. Logika sepertinya lebih cerdas untuk menghiburku. Coba saja bayangkan, apa ada masalah dengan long distance relationship? Jika menggunakan perasaan tentu saja yang ada adalah rasa was-was, bagaimana dia di sana dan bagamana aku di sini. Namun logika berkata lain. Ini bukan zaman Flinstone, Teman! Saat ini ada banyak sekali alat komunikasi canggih yang bisa digunakan. Aku dan dia sama-sama memilikinya. Apa yang kurang? Kami masih dapat berkomunikasi setiap hari. Tidak sekedar chatting atau berhenti pada mendengar suara saja, berbicara langsung melalui skype pun bisa dilakukan. Tidak perlu takut kehilangan kontak. Semua peralatan canggih itu sudah mampu mendekatkan yang jauh, bukan?

Empat tahun kebersamaan kami pun kami rayakan secara terpisah di dua tempat yang berbeda. Aku tidak lagi bersandiwara untuk tegar karena sungguh pun aku telah menjadi tegar. Aku seorang gadis yang manja dan hubungan jarak jauh ini mengajarkanku untuk menjadi lebih mandiri. Tidak tergantung pada siapapun.

Dalam fase ini pulalah kau mengenal kangen. Kangen yang mungkin bagi hubungan yang biasa-biasa saja adalah barang mahal. Namun perasaan ini mengajarkan padaku betapa berharganya dia. Betapa baiknya Tuhan memberikan dia hingga kini pun aku lebih menghargai perasaan ini.

Kini, sudah hampir satu tahun kami berpisah (berpisah jarak). Bisa dibilang jarak sudah menjadi kawan kami. Ibarat kami adalah Parang Jati dan Yuda dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami, maka jarak adalah Marja. Aku, dia dan jarak. Kami berada dalam sebuah cinta segitiga yang lembut. Dan kami berusaha menikmatinya. Terkadang dengan adanya jarak justru kami sadar akan adanya sesuatu yang mengikat kami. Ada rahasia-rahasia yang disembunyikan jarak dari kami. Aku percaya masih ada kejutan-kejutan lain yang siap memberi warna di kehidupanku selanjutnya. Dan aku siap menunggu untuk memetik warna-warna itu dan menambahkannya dalam koleksi hidupku. Bersama dia.

They say Long Distance Relationship never succeed, I say with enough effort, time and commitment, love will find its way.

No comments:

Post a Comment