d sWeetY cHubBy

d sWeetY cHubBy

welcome 2 my bloG....

This blog is my mirror..
It represents my purpose and my passion,
I juz need to share all of my experience, what in my mind, all i want, all I need, and everything about me..
May be it can be my diary,
also my thankful book,
my reminder and my heart alarm,
and many more.


so juZ read it and teLL me what do you thinK about me..............

^-^

Sunday, January 15, 2012

Sebuah Catatan Kecil Tentang "Sesuatu yang Ditukar"

Tepatnya satu minggu yang lalu, di kantor tempat saya bekerja diadakan suatu restrukturisasi atau yang dalam tingkat kabinet menteri sering disebut sebagai reshuffle. Restrukturisasi ini meliputi pejabat di tingkat eselon. Pada dasarnya adalah suatu hal yang biasa terjadi dalam suatu organisasi, entah itu di kantor, sekolah, lembaga atau organisasi lainnya yang memiliki struktur tertentu untuk diadakannya suatu restrukturisasi. Dengan alasan kinerja yang kurang baik, alasan rotasi sumber daya manusia atau bahkan cukup dengan alasan penyegaran. Tentu saja restrukturisasi ini diharapkan memiliki tujuan yang baik, untuk mendapatkan kinerja dari organisasi yang lebih baik. Namun entah mengapa, saya merasa sedikit aneh dengan hal ini. Mungkin saya perlu menceritakan terlebih dahulu kronologis kejadiannya.


Kabar burung mengenai restrukturisasi (yang pada saat itu tidak saya sebut demikian, lebih saya kenal dengan sebutan “pengobrak-abrikan”) sudah saya dengar sejak beberapa minggu sebelumnya. Dari hasil chatting dengan seorang teman yang cukup dekat dengan tangan kanan pejabat tinggi di kantor ini. Saya hanya sekedar mendengar kabar itu dan tidak berniat untuk membahasnya lebih lanjut. Maklum, hanya sekedar kabar dan segala sesuatu masih bisa berubah selama belum ada ketokan palu ataupun gong yang menandakan bahwa kabar tersebut benar adanya.

Ternyata kabar itu tidak hanya saya dengar dari seorang teman. Seorang senior bahkan menceritakan dengan berapi-api bahwa beliau mendengar pengakuan dari seorang pejabat akan terjadi “pengobral-abrikan” yang tentu melibatkan dirinya. Berita ini semakin santer terdengar dan semua orang membicarakannya. Pembicaraan diam-diam ini seolah sudah menjadi rahasia umum. Di unit saya terutama, akan ada perombakan (yang mereka sebut dengan restrukturisasi) besar-besaran. Satu paket pejabat baru akan memimpin kami. Wow!

Bukan isapan jempol. Kabar ini terbukti benar adanya. Saat suatu pagi Blackberry saya berkedip merah menandakan ada surat elektronik yang masuk. Melalui mailist kantor, pejabat tertinggi di unit saya mengumumkan bahwa beliau sudah tidak akan lagi memimpin kami. Beliau akan menjabat jabatan yang sama di tempat lain. Kami akan dipimpin oleh orang lain yang saat ini menjabat pemimpin di unit lain. Dalam suratnya itu pula, beliau menjelaskan bahwa salah satu kepala bagian kami akan menduduki jabatan yang ditinggalkan oleh calon pemimpin kami yang baru. Oh! Rotasi! Itu kata pertama yang ada di benak saya ketika membaca penjelasan beliau. Mungkin pemimpin tertinggi di kantor saya ingin agar terjadi rotasi dalam organisasinya. Rotasi itu perputaran. Apakah kinerja mereka saat ini dianggap kurang atau kurang berkompeten di bidangnya sehingga dirasa perlu dilakukan rotasi sehingga mereka memimpin di tempat yang baru atau dianggap lebih sesuai dengan bidang kompetensi mereka? Pikiran positif saya berkata demikian.

Hari pelantikan pun tiba. Para pejabat baru dan lama. Dalam balutan jas dan kebaya yang necis berjajar rapi di auditorium utama kantor kami. Ternyata cukup banyak yang mengalami restrukturisasi. Dan kebanyakan adalah rotasi (saya menganggap bahwa rotasi adalah salah satu cara restrukturisasi). Pejabat yang satu pindah ke unit lain. Pejabat lama di unit tersebut pindah ke unit lainnya. Dan begitu seterusnya. Saya lebih merasa ini sebagai pertukaran. Pertukaran pejabat. Lebih tepatnya direktur yang ditukar-tukar. Hal yang membuat saya tidak habis pikir adalah, saya merasa kebanyakan dari mereka tidak berada di tempat yang seharusnya. Entah karena kompetensinya atau tingkat jabatan mereka. Segala sesuatunya tampak seperti dipaksakan. Sekali lagi dengan alasan penyegaran. Menyedihkan.

Ketidakcocokan jabatan baru yang dipegang dengan kompetensi yang dimiliki mengingatkan saya pada reshuffle kabinet yang dilakukan orang nomor satu di negeri ini beberapa bulan yang lalu, yang di berbagai media sosial dikenal dengan menteri yang ditukar. Seperti latah mengikuti pemimpin tertingginya, pemimpin di kantor saya pun mengadakan pertukaran-pertukaran jabatan yang saya sendiri menyebutnya menteri yang ditukar.

Apa yang terjadi di negeri ini?

Mungkin analisis saya agak menggelikan. Konyol. Saya rasa pemimpin-pemimpin di negeri ini terinspirasi dari sinetron-sinetron yang saat ini ditayangkan di layar kaca. Salah satu sinetron yaitu Puteri yang Ditukar. Saya rasa semua tahu inti ceritanya adalah anak yang ditukar atau tertukar. Ternyata alur cerita ini juga diikuti berbagai sinetron lainnya. Hampir semua sinetron yang ditayangkan menceritakan tentang anak yang ditukar-tukar. Tidak hanya dua anak. Dari dua keluarga, tetapi melibatkan banyak keluarga. Logika sudah tidak digunakan lagi dalam pembuatan alur cerita. Bagaimana mungkin anak dengan mudah ditukar-tukar dan pada masa dewasanya kembali berkumpul pula dengan mudahnya dalam suatu komunitas yang sama dan bertemu dalam suatu kejadian yang dianggap kebetulan. Saya selalu berpikir bahwa sang pemiliki ide ini memiliki tujuan baik yaitu agar pemirsa selalu berpikir setiap kali menyaksikan tayangannya. Berpikir tentang kebenaran dan merasa penasaran. Namun saya rasa ini hal yang salah. Pemikiran pemirsa yang penuh rasa penasaran justru akan muak karena terlalu banyak dijejali dengan hal-hal yang tidak logis. Anak yang dibuang ketika masih bayi, tertukar di rumah sakit, ditukar secara sengaja, dan sebagainya.

Kejadian tukar-menukar ini selanjutnya dianggap biasa dan diadopsi oleh para pemimpin untuk melakukan tindakan yang mereka sebut restrukturisasi atau reshuffle atau apapun itu. Dalam prosesnya pun sudah direncanakan dengan matang. Bahkan bak penulis skenario handal, mereka telah menyiapkan naskah drama restrukturisasi yang tersusun rapi hingga ke akhir ceritanya. Mengerikan. Sebuah kisah kepemimpinan yang menyangkut hajat hidup orang banyak namun dipertaruhkan dalam suatu skenario.

Saya harap analisis saya salah. Saya harap mereka melakukan hal itu semata-mata untuk kebaikan dan kemajuan. Demi meningkatkan kinerja. Demi meningkatkan kompetensi. Mungkin bila berada di lingkungan yang baru akan meningkatkan motivasi kerja karena tertantang dengan materi dan jenis pekerjaan yang baru. Rasa jenuh dalam bekerja juga dapat dihilangkan dengan suasana yang baru, salah satunya pemimpin yang baru.

Satu hal lagi yang saya harapkan adalah semua ini bukan sekedar skenario dimana alur ceritanya sudah ditentukan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan akhir cerita yang menguntungkan sebagian pihak. Semoga ini semua bukanlah drama.

Biarkan drama sesuatu yang ditukar itu hanya menjadi hiburan pemirsa di televisi (yang walaupun menurut saya bukan hiburan yang baik dan mendidik). Sesuatu yang ditukar yang ada di dunia nyata tidak sepantasnya menjadi drama. Pertukaran sesuatu itu harus memiliki dasar yang kuat yang bertujuan untuk kebaikan semua orang yang terlibat di dalamnya.

No comments:

Post a Comment