d sWeetY cHubBy

d sWeetY cHubBy

welcome 2 my bloG....

This blog is my mirror..
It represents my purpose and my passion,
I juz need to share all of my experience, what in my mind, all i want, all I need, and everything about me..
May be it can be my diary,
also my thankful book,
my reminder and my heart alarm,
and many more.


so juZ read it and teLL me what do you thinK about me..............

^-^

Sunday, February 12, 2012

Aku Mau Ambrosia

Aku mencintai ayah. Aku mencintai bunda. Aku ingin selamanya bersama mereka. Selamanya tanpa batas waktu. Namun kini ayahku telah renta. Bundaku pun menunjukkan ubannya. Hampir setiap hari kulihat orang yang menangis di pusara setelah mereka memasang bendera kuning di persimpangan jalan menuju kediaman mereka. Aku tidak mau. Aku bersumpah tidak mau memasang bendera laknat itu di pohon rambutan yang ada di dekat rumahku.

Aku mendadak galau. Tanpa sadar aku tertidur. Dalam bunga tidurku, aku bertemu kakek. Dia menyerahkan sebuah buku catatan usang. Ada suatu rasa magis yang seolah mendorong tanganku membuka buku itu halaman per halaman. Buku itu berjudul “WAKTU”. Di dalamnya berisikan gambar jam penunjuk waktu. Aku bingung. Buku apa ini, tanyaku dalam hati. Hingga aku menemukan tulisan tangan kakekku.

Ambrosia. Makanan dan minuman Para Dewa yang akan memberi efek Amerta.
Amerta adalah keabadian.


Mataku bersinar membacanya. Ini yang aku cari. Sesuatu yang mendatangkan keabadian. Ambrosia. Akan tetapi dimana aku bisa mendapatkannya? Seperti apakah makanan atau minuman para Dewa yang disebut Ambrosia itu?

Aku berusaha mencari petunjuknya di buku usang kakekku. Namun tidak ada petunjuk yang berarti. Aku bertanya pada kakek. Dimana ambrosia? Tunggulah, Nak. Jangan dicari.

Aku terbangun. Mimpi. Aku harus mencari Ambrosia, begitu tekadku dalam hati. Apapun itu dan dimana pun itu. Aku tidak boleh menunggu.

“Bunda, apakah Bunda tahu apa itu ambrosia?”
Bunda tampak terkejut dengan pertanyaanku dan langsung menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu, atau tidak mau tahu.

“Ayah, ambrosia itu apa?”
“Mengapa kamu tiba-tiba menanyakan itu?” ayah mengernyitkan keningnya.
“Jadi ayah tahu apa itu ambrosia? Makanan dan minuman para dewa yang akan memberikan keabadian? Apakah ayah tahu di mana aku bisa mendapatkannya?” kataku meledak-ledak.
“Nak, ambrosia itu cuma mitos. Itu adalah mimpi yang diciptakan oleh kakekmu. Bahkan ayah tak yakin bahwa ambrosia itu ada.”

Aku kecewa dengan jawaban ayahku. Apakah ayahku tidak tahu bahwa aku ingin terus bersama dengannya. Dan satu-satunya cara adalah dengan menemukan ambrosia.

Aku akan mencarinya. Tekadku sudah bulat. Aku mulai berkeliling kota. Berkeliling negeri ini. Demi mencari ambrosia. Sungguh tolol! Ternyata banyak orang yang tidak tahu apa itu ambrosia. Padahal jika mereka tahu, ambrosia akan membawa mereka pada kehidupan kekal mereka juga akan mencarinya seperti aku. Aku memutuskan untuk mencari lebih jauh. Mulai dari Malaysia, Vietnam, Kamboja, Thailand, India, Cina, bahkan Jepang. Berbekal visa liburan aku terus mencari ambrosia. Demi suatu amerta bersama ayah dan bunda.

Sembilan bulan sudah pencarianku akan ambrosia. Dan aku belum mendapatkan apa-apa. Aku pulang ke rumah dengan tangan hampa. Hari itu perjalanan terakhirku dari Honolulu. Setelah transit di Narita Airport, akhirnya aku tiba di bandara Soekarno Hatta. Aku pun tiba di rumah saat langit tak lagi biru. Ayah bundaku yang tak mengerti aku pergi untuk mencari ambrosia menyambutku dengan hangat. Usai makan malam bersama mereka aku duduk di balkon rumahku. Kupandang langit.

Tuhan, jikalah boleh, tunjukannlah dimana ambrosia. Aku ingin keabadian bersama orang yang kucintai. Seketika aku berpikir, tampaklah bintang jatuh. Ah. Kata orang bintang jatuh akan mengabulkan semua permintaan kita. Aku memejamkan mata. Bintang jatuh, kumohon, berikanlah ambrosia agar aku, ayah dan bunda dapat terus bersama dalam keabadian. Aku membuka mata dan tersenyum. Aku akan menunggu ambrosia.

Esoknya pintu rumahku diketuk. Seseorang mengantar parcel. Aha. Ini adalah hari raya. Bunda segera membuka parcel itu, menemukan wafer kesukaan kami. Segera menyobek bungkusnya. Kami memakannya bersama-sama. Sambil bercanda. Hingga beberapa menit kemudian ada rasa aneh. Diawali dengan beban berat di kepalaku, rasa mencekik di leher hingga bintang berputar. Dan sejak saat itu aku tak tahu lagi apa yang terjadi. Ada sesuatu yang meninggalkan ragaku. Begitu pun pada ayah dan bundaku.

Wafer itukah ambrosia yang selama ini kucari? Membawa kami pada keabadian?

Aku hilang rasa. Seketika.


Word count : 598
Cerita di atas hanya sekedar fiksi belaka, ditulis dalam rangka meramaikan Kontes Flashfiction Ambrosia yang diselenggarakan Dunia Pagi dan Lulabi Penghitam Langit.

1 comment: