d sWeetY cHubBy

d sWeetY cHubBy

welcome 2 my bloG....

This blog is my mirror..
It represents my purpose and my passion,
I juz need to share all of my experience, what in my mind, all i want, all I need, and everything about me..
May be it can be my diary,
also my thankful book,
my reminder and my heart alarm,
and many more.


so juZ read it and teLL me what do you thinK about me..............

^-^

Thursday, February 23, 2012

Tuhan Tidak Tidur


Matahari sudah tinggi saat Keira baru saja terbangun dari mimpi. Dia bermimpi menghadiri sebuah pesta pernikahan yang megah. Samar-samar Keira mengenal siapa pengantin pria. Keira melihat  pengantin itu sedang dirias di pelaminan. Dia  ingin melihat lebih siapa gerangan sang pengantin pria. Namun bunyi jam weker terlanjur menariknya pergi. Sejenak Keira berusaha mengingat apa yang ada dalam mimpinya. Namun pagi ini adalah pagi yang terburu-buru. Terlalu singkat waktu yang dia miliki untuk mencerna mimpi. Namun waktu yang cukup untuk mengambil handphone dan mengetik di twitter.

Mimpi yang aneh. Seorang pengantin pria sedang dirias di pelaminannya.


Keira segera melesat ke kamar mandi sambil. Dalam hitungan tiga puluh menit, Keira dengan pakaian kerja rapi dan dandanan minimalis sudah berada di stasiun kereta dimana akan ada kereta yang membawanya ke kantor di kawasan Kuningan Jakarta.

Off to my office. Ready for today.

Tiba di kantor, Keira menuju kubikalnya. Setumpuk berkas sudah menanti untuk dikerjakan. Menghela nafas sejenak dan Keira mulai memilah-milah berkas itu. Berkas pekerjaannya. Dan berkas pekerjaan orang lain, yaitu atasannya.

“Lagi banyak kerjaan, Kei?” Suara Desta mengagetkanku.
“Iya ni, Des. Limpahan dari ruangan yang dingin itu.”
“Apa??? Bapak itu lagi? Masih, Kei? Masih dilimpahkannya pekerjaan-pekerjaan itu? Keterlaluan!”
“Mungkin sudah saatnya aku protes ya, Des?”
“Kamu harus protes dong, Kei. Ini kan bukan kewajiban kamu ngerjain berkas-berkas ini.” sejenak Desta mengambil salah satu berkas yang sudah kupilah, “kayak ini misalnya, kamu itu sarjana hukum, masa disuruh ngerjain presentasi desain, itu kan tugas dia sebagai atasan. Kamu dimanfaatkan sama Pak Bos untuk mengerjakan semua pekerjaannya. Dia sendiri cuma duduk santai di kursinya yang empuk itu.”
Nada Desta mulai meninggi, matanya pun memandang sinis ke arah ruang dingin yang sedang kosong di sudut sana dan membuat Keira tak enak hati.

Benar apa yang dia katakan. Ini bukan porsiku. Aku harus bertindak.

“Ya udah, Des. Ini yang terakhir aku ngerjain pekerjaan yang bukan porsiku. Setelah ini selesai aku bakal protes kalau aku dikasih kerjaan yang seharusnya nggak aku kerjakan.”
“Okay.”
Desta pun pergi meninggalkanku.
Aku terdiam sesaat. Merenungkan apa yang dikatakan Desta. Apa yang dikatakan Desta benar. Aku berjanji ini terakhir kalinya aku mengerjakan pekerjaan yang seharusnya tidak kukerjakan. Hingga beberapa jam yang akan datang aku akan tahu bahwa ini memang yang terakhir.

Promise that it’s the last time!

***

Keira Renjani. 24 tahun. Sarjana Hukum. Bekerja di perusahaan kontraktor. Atasannya bernama Pak Aji. Di mata para klien dan koleganya, Pak Aji adalah orang yang berwibawa. Begitu pun saat Keira pertama bertemu beliau. Keira hampir jatuh cinta pada wibawa bosnya itu jika tidak mengingat Pak Aji lebih pantas menjadi ayahnya. Keira begitu mengagumi Pak Aji, sosok yang dianggapnya begitu bijak dan berjiwa pemimpin.

Hingga suatu hari Keira harus mengetahui kelakuan beliau di balik sikapnya yang terhormat itu. Awalnya beliau selalu memberikan Keira pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya. Lalu perlahan memberi pekerjaan lain yang sama sekali tidak Keira mengerti. Sebagai pegawai baru Keira merasa tertantang untuk memberikan yang terbaik, Keira terus belajar sampai Keira bisa karena terbiasa. Keira pikir, melihat kemampuannya ini, maka Pak Aji sering melimpahkan pekerjaannya kepada Keira. Keira senang mendapat kepercayaan ini. Namun lama-kelamaan Keira agak terganggu mengingat pekerjaannya yang terkait dengan bidang hukum justru jadi terbengkalai. Apalagi dari segi finansial, tidak ada keuntungan yang diterima Keira setelah ia mengerjakan bertumpuk pelimpahan pekerjaan itu.

“Mungkin Pak Aji ingin aku belajar, Des.”

 “Siapa bilang? Kalau supaya kamu belajar ya nggak terus-terusan dong. Lagipula harus ada pembagian yang jelas juga, apa kamu dapat fee yang sesuai dengan apa yang kamu kerjakan? Atau sekedar uang lembur?” Desta, sahabatku yang selalu tidak terima aku dimanfaatkan seenaknya.

Aku menggeleng.

“Nah kan. Aku ini di bagian keuangan, Kei. Kamu mau tahu berapa nilai proyek yang sedang kamu kerjakan itu? Milyaran, Kei! Dan berapa yang kamu terima?” Desta menghela nafas sejenak. “Cintanya pada uang melebihi segala-galanya, Kei. Semua orang di sini tahu itu. Beliau menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Uang itu enak untuk selalu dicintai, Kei. Bahkan bagi mereka yang sudah tidak kekurangan. Lihat saja kisah-kisah para koruptor di televisi. Kebanyakan dari mereka sudah memiliki segalanya. Namun mengapa mereka masih saja korupsi? Karena cintanya pada uang.”

 “Maksud kamu Pak Aji korupsi? Jangan bercanda kamu, Des.” Keira tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Aku pun tidak akan percaya jika aku tidak mengetahuinya sendiri. Bagaimana beliau mengambil bagian yang seharusnya menjadi hak para staff pendukung, mengurangi jatah tunjangan hari raya untuk keperluan pribadinya, merekayasa keuangan kantor, secara licik merebut proyek orang lain, ah, dan hal-hal lain yang tak pantas kuceritakan.”

Keira hanya tertunduk. Tidak percaya namun itu nyata. Berpikir sejenak dan akhirnya berkata.

“Aku percaya Tuhan tidak tidur.”

Tuhan tidak tidur.

***

Keira sedang sangat lelah mengerjakan tumpukan pekerjaan itu. Rasa diperlakukan tidak adil sedang menghinggapinya. Hingga siang itu ada berita.

“Kei, Pak Aji kecelakaan dan meninggal di tempat, sambil memeluk tas berisi uang ratusan juta.”

“Bahkan di akhir hayatnya pun beliau menunjukkan cintanya pada uang. Walaupun entah itu uang siapa.” Seorang yang lain menyahut.

Antara sadar dan tidak. Angan Keira melayang pada mimpinya semalam. Seorang pengantin pria yang sedang dirias di pelaminan. Pengantin itu Pak Aji.

Karena akar dari segala kejahatan adalah cinta uang.

Tuhan tidak tidur.


#cecintaan #cinta manusia pada hal-hal duniawi

No comments:

Post a Comment